6/19/2012 06:28:00 pm
0
Para pakar kejiwaan
memandang pikiran sebagai
faktor terpenting bagi
kehidupan manusia. Hampir
semua sistem kehidupan kita,
gerak tubuh, suasana hati,
bahkan hidup kita, dikontrol
oleh pikiran. Ketika kita melihat
pacar atau pasangan kita
berjalan di depan kita, pikiran
kita mungkin akan
memerintahkan mulut kita
untuk menegurnya, menyuruh
kaki kita mempercepat langkah,
atau meminta kita untuk tidak
melakukan apa-apa.
Otak
Demikian pula halnya dengan
perasaan kita, dengan
informasi yang terkumpul di
otak, pikiran memberikan
perintah-perintah khusus
kepada “hati” untuk
menentukan suasana yang
diinginkan. Umpamanya, suatu
hari kita ditinggal kekasih,
pikiran kita akan memilih
informasi-informasi yang
berhubungan dengan
kehidupan cinta kita
dengannya, yang terekam oleh
otak. Katakanlah pikiran kita
memilih informasi yang
berhubungan dengan hal-hal
indah, yang pernah kita alami
bersamanya. Pikiran kita akan
mengolahnya dan
menghasilkan instruksi,
umpamanya, kita menyesal dan
sedih karena semua keindahan
itu harus berakhir.
Menyesal
Instruksi akan diteruskan ke
“hati” melalui perangkat
psikologis kita, dan perasaan
kita pun menjadi sedih.
Sebaliknya, apabila pikiran kita
memilih informasi-informasi
yang berhubungan dengan hal-
hal menyebalkan dari si dia,
umpamanya hidung peseknya,
kebiasaan buruknya, atau
kesukaannya berutang, pikiran
kita akan mengolahnya menjadi
instruksi bahwa kita senang
dan bahagia karena mimpi
buruk itu telah berakhir. Hati
kita pun senang karenanya.
Happy
Faktual dan sensitif
Bila pengaruh pikiran sangat
kuat terhadap perasaan kita,
berarti kita orang faktual, orang
yang selalu bertindak atau
bersikap berdasarkan fakta.
Tetapi bila pengaruh pikiran
sangat lemah terhadap
perasaan kita, maka kita
termasuk orang sensitif.
Orang faktual biasanya lebih
mampu mengendalikan
perasaan. Soalnya, pikirannya
mampu mengolah fakta-fakta
yang terekam di otak secara
lebih mendetil sebelum
dimasukkan ke “hati”.
Calm Down
Sebaliknya, orang sensitif akan
cenderung emosional, karena
biasanya pada saat merespons
realitas yang
tengah dihadapi, pikirannya
tidak mengolah kembali fakta-
fakta yang terekam di otak,
akan tetapi langsung
memasukkannya ke dalam
“hati” apa adanya. Ia mengolah
informasi dengan perasaannya.
Angry
Untuk memperjelas, ambilah
contoh seseorang tanpa
sengaja melihat kekasihnya
tengah duduk berdua dengan
orang lain yang berlainan jenis
kelamin dan tidak ia kenal. Bila
dia orang sensitif, otaknya
merekam semua kejadian yang
dilihatnya. Pikirannya tidak
mengolah melainkan langsung
meneruskannya ke dalam “hati”
untuk diolah. Karena “hati”-nya
yang mengolah, ia mungkin
segera mendatangi mereka dan
tanpa babibu langsung
melayangkan bogem mentah.
Sebaliknya, bila ia seorang
faktual, kejadian-kejadian tadi
direkam di otaknya, diolah
terlebih dahulu oleh pikiran
sebelum diteruskan ke “hati”.
Pikirannya akan membuat
pertimbangan-pertimbangan
yang diperlukan. Bila
kekurangan data, maka ia akan
menghasilkan kemungkinan-
kemungkinan lain. Misalnya,
kemungkinan orang lain itu
adalah saudara atau sahabat
kekasihnya. Atau mungkin pula
teman selingkuh kekasihnya.
Kemungkinan-kemungkinan itu
kemudian diteruskan ke “hati”
sebagai perasaan ingin tahu.
Karena pertimbangan pikiran
inilah ia mungkin akan
mendekatinya untuk mencari
tahu hal sebenarnya, ketimbang
langsung menghakimi.
Searching
Proses itulah yang
menyebabkan orang faktual
cenderung tenang, penuh
perhitungan, dan mampu
mengendalikan diri. Sebaliknya,
orang sensitif cenderung cepat
gelisah, tergesa-gesa dalam
mengambil kesimpulan, tidak
sabar, dan sukar
mengendalikan diri.
Persepsikan kenyataan secara
positif
Dengan pengoptimalan pikiran,
kita dapat mengendalikan
perasaan dan juga kehidupan
ke arah yang kita inginkan.
Dengan pikiran kita dapat
mengubah perasaan sedih
menjadi perasaan senang, takut
menjadi berani, minder menjadi
percaya diri, pesimis menjadi
optimis, atau bosan menjadi
penuh gairah. Maka tidak salah
bila seorang filsuf, Marcus
Aurelius, memiliki pandangan
bahwa “
Hidup kita ditentukan
oleh pikiran”.
Kalau berpikir tentang hal-hal
menyenangkan, maka kita akan
menjadi senang.
Jika memikirkan hal-hal
menyedihkan, kita akan sedih.
Begitu pula bila berpikir soal
hal-hal menakutkan kita akan
menjadi takut.
Rasanya memang sulit
dipercaya. Namun, itulah
adanya. Stanley R. Welty,
Presiden Wooster Brush
Company, berpendapat, “
Pada
saat keluar rumah di pagi hari,
kita sendirilah yang
menentukan apakah hari itu
akan jadi baik atau buruk,
karena tergantung bagaimana
kita menjalankan pikiran kita.
Dapat tidaknya kita menikmati
hari itu sangat tergantung pada
cara kita berpikir
.”
Kalau merasa kantung kita
menipis, lalu mengeluh seakan-
akan kita orang paling sial, bisa
jadi hari itu menjadi hari paling
membosankan. Tapi bila kita
bangun pagi, memandang
keluar jendela dan melihat
bagaimana burung-burung
bersiul
menyambut pagi sambil
merasakan kesejukan embun,
tanpa mempedulikan kantung
yang semakin kempis, mungkin
kita akan mendapati hari itu
sebagai hari baik. Bagaimana
pun cuaca hari itu, bagaimana
pun beratnya masalah yang
dipikul hari itu, pikiranlah yang
menentukan kehidupan kita.
Yang kita pikirkan ketika itu,
itulah hidup kita.
My life
Yang bisa dilakukan adalah
mengendalikan pikiran. Jangan
biarkan pikiran kita membuat
perasaan menjadi tidak enak.
Senantiasa persepsikan
kenyataan secara positif.
“Bila perlu berusahalah
tersenyum dalam menghadapi
situasi sesulit apa pun. Ada
saat-saat di mana kita harus
pasrah dan tertawa. Humor
dalam hidup ini sangat penting.
Jangan lupa bahwa hal-hal
sederhana ini dapat membantu
Anda mempertahankan
perspektif,
” kata Dale Carnegie,
pendiri Dale Carnegie &
Associates.
Bila dalam kesedihan kita
mencoba tersenyum,
sebenarnya kita tengah
mencoba melepaskan diri dari
perasaan sedih itu. Saat itu kita
tengah
menetralkan perasaan negatif
di dalam diri. Hal ini sangat baik
dan bisa membantu agar kita
tidak terlalu larut dalam duka.
Demikian pula ketika tengah
dihadapkan pada masalah-
masalah berat, senyum kita
sedikit banyak akan membantu
melepaskan ketegangan.
Selanjutnya, biarkan diri relaks,
pandang kenyataan di hadapan
kita secara positif, karena
dengan begitu kita bisa
mengambil hikmah dari apa
yang tengah dihadapi. Lalu
pikirkan hal-hal yang dapat
mengembalikan kegembiraan
kita.
Relax time
“Kalau ada masalah, relakslah.
Santai saja. Pikirkan saja apa
yang akan Anda lakukan
selanjutnya, dan apa tindakan
Anda untuk itu,”
kata Welty.
Memang, ada banyak hal yang
menyakitkan, yang membuat
kita cemas atau kesal. Namun
jangan larutkan diri di
dalamnya. Jangan biarkan
masalah apa pun membuat kita
patah semangat. Berpikirlah
pada hal-hal positif yang bisa
dilakukan. Biarkan semua
masalah berlalu tanpa
meninggalkan luka fatal.
Confidence
Dengan begitu kita akan
menjadi orang tangguh yang
tak mudah jatuh. Pikiran kita
menjadi terbiasa untuk selalu
positif, dan kita akan lebih
mudah mencapai cita-cita.
Bukan cuma itu, pikiran positif
serta kepercayaan diri kita akan
menarik orang lain bergabung
dengan kita. Mereka tidak akan
membiarkan kita berjalan
sendiri menghadapi semua
masalah. Malah dengan senang
hati akan menemani dan
membantu kita melewati semua
kesulitan. Dan yang lebih
penting, hidup kita akan
menjadi lebih menyenangkan.